Minggu, 12 Februari 2012

filsafat ilmu

hai sahabat super...

filsafat ilmu

belajar bahasa

untuk sahabat super...

belajar bahasa

taksonomi bloom

hai sahabat super....
disini saya coba membagi susunan taksonomi bloom yang sering dan selalu dipakai dalam pembuatan silabus ataupun melihat sejauh mana tingkat kemampuan para siswa sahabat super...

taksonomi bloom

KKM

cara menetapkan KKMbagi para sahabat super yang masih bingung cara menentukan KKM pembelajaran, di sini saya coba membagikannya khusus untuk sahabat super semuanya...
selamat mencoba..

teknik pengambilan sampel kuantitatif

pengambilan sampel


TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL PENELITIAN KUANTITATIF
Tulisan ini didasarkan pada buku W. Lawrence Neuman, University of Wisconsin 1997 yang berjudul Social Research Methods ‘Qualitative and Quantitative Approaches’,fourth edition dengan topic Science and Research, yang dipublikasikan di Boston serta buku Masri Singarimbun dan Sofian Efendi yang berjudul Metode Penelitian Survai,yang diterbitkan LP3ES, Jakarta pada tahun 1982. Adapun hal yang akan dijelaskan dalam tulisan ini mengenai teknik pengambilan sampel dalam penelitian kuantitatif yang juga menyangkut apa tujuan dari pengambilan sampel tersebut dan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan oleh setiap peneliti dalam pengambilan suatu sampel.
Sebelumnya, dalam tulisan ini akan dijelaskan pengertian dari sampel itu sendiri. Sampel sering didefinisikan sebagai bagian dari suatu populasi. Sampel berasal dari bahasa Inggris “sample” yang artinya contoh, comotan atau mencomot yaitu mengambil sebagian saja dari yang banyak. Dalam hal ini yang dimaksud dengan yang banyaak adalah populasi. Dalam suatu penelitian, tidaklah selalu perlu untuk meneliti semua individu dalam populasi karena akan memakan banyak waktu dan biaya yang besar. Oleh karena itu dilakukan pengambilan sampel, dimana sampel yang diambil adalah sampel yang benar-benar representasi atau yang mewakili seluruh populasi.
Dalam suatu penelitian yang menjadi dasar pertimbangan pengambilan sampel adalah memperhitungkan masalah efisiensi ( waktu dan biaya) dan masalah ketelitian dimana penelitian dengan pengambilan sampel dapat mempertinggi ketelitian karena jika penelitian terhadap populasi belum tentu dapat dilakukan secara teliti. Seorang peneliti dalam suatu penelitian harus memperhitungkan dan memperhatikan hubungan antara waktu, biaya dan tenaga yang akan dikeluarkan dengan presisi ( tingkat ketepatan ) yang akan diperoleh sebagai pertimbangan dalam menentukan metode pengambilan sampel yang akan digunakan.
Lawrence dalam bukunya mengemukakan bahwa penelitian kuantitatif canderung menggunakan teknik pengambilan sampel yang berasal dari teori probabilitas ( probability sampling ) yakni pengambilan sampel secara acak ( random) yang dalam literature Inggris disebut “random sampling”. Pengambilan sampel melalui “probability sampling” didasarkan atas pemikiran bahwa keseluruhan unit dalam suatu populasi memiliki kesempatan dan kemungkinan yang sama untuk dijadikan sebagai sampel. Karena setiap unit-unit anggota populasi memiliki kesempatan dan kemungkinan yang sama untuk menjadi sampel, maka untuk menjadi sampel, unit-unit populasi tersebut harus dirandom atau diacak. Walaupun pengambilannya secara acak, sampel yang dihasilkan tetap merupakan sampel ya ng representative.
Adapun tipe-tipe dari pengambilan sampel secara probabilitas atau “probability sampling” adalah; pengambilan sampel secara acak sederhana ( simple random sampling
), pengambilan sampel secara sistematis ( systematic sampling ), pengambilan sample secara acak bertingkat ( stratified random sampling ) dan pengambilan sampel gugus sederhana ( simple cluster sampling ).
Simple random sampling adalah teknik untuk mendapatkan sampel yang langsung dilakukan pada unit sampling. Dalam pengambilan sampel secara acak sederhana , tiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Misalnya besar populasi adalah “N”, unsur dalam sampel adalah “n”, maka besar kesempatan tiap satuan element untuk terpilih dalam sampel adalah n/N. Hasil sampel secara acak dapat dievaluasi secara objektif karena terpilihnya suatu unit menjadi sebuah sampel harus benar benar berdasarkan faktor kebetulan, bebas dari subjektifitas peneliti maupun orang lain.
Pengambilan sampel acak sederhana dapat dilakukan dengan cara: mengundi unsur-unsur penelitian atau satuan-satuan elementer dalam populasi, dan dengan menggunakan table angka acak ( random ). Melalui cara pengundian, terlebih dahulu semua unit dalam populasi disusun kedalam daftar kerangka sampling ( sampling frame) baru kemudian diambil sampel dengan cara pengundian sehingga setiap unit mempunyai peluang yang sama untuk dapat dipilih. Penggunaan cara ini tidak praktis apabila jumlah unit dalam populasi nya besar. Sedangkan penggunaan table angka acak dilakukan apabila yang diketahui hanyalah nama-nama dan identifikasi dari unit-unit dalam populasi yang akan diteliti.
Pengambilan sampel secara acak sederhana hanya dapat dilakukan jika tersedia daftar kerangka sampling ( sampling frame ), sifat populasinya homogen dan keadaan populasi tidak terlalu tersebar secara geografis.
Pengambilan sampel secara sistematis adalah suatu metode pengambilan sampel dimana hanya unsur pertama dari sampel yang dipilih secara acak, sedangkan unsur-unsur selanjutnya dipilih secara sitematis menurut suatu pola tertentu. Pengambilan sampel secara sistematis dapat dilakukan jika nama-nama atau identifikasi dari setiap unit dalam populasi terdapat dalam kerangka sampling dan populasi tersebut harus mempunyai pola yang beraturan. Cara ini sangat sederhana , praktis, mengurangi tenaga, menghemat waktu dan menekan biaya. Metode ini hanya dapat digunaan apabila populasi harus besar sehingga pengambilan sampel mendekati acak lagi, tersedianya kerangka sampel dan populasi bersifat homogen.
Apabila populasi yang akan diambil sampel memiliki sifat yang heterogen maka metode yang digunakan adalah pengambilan sampel secara acak bertingkat ( stratified random sampling). Populasi yang memiliki sifat yang heterogen tersebut harus dibagi-bagi dalam lapsan-lapisan ( strata ) yang seragam dan kemudian diambil sampel secara acak. Dalam menggunakan metode ini, harus ada kriteria yang jelas dalam hal ini variabel-variabel yang aka diteliti yang akan digunaka sebagai dasar untuk membagi populasi kedalam lapisan-lapisan, harus tersedia data pendahuluan dari populasi mengenai kriteria yang digunakan serta jumlah satuan dari setia unit dalam setiap populasi harus diketahui secara tepat.
Sedangkan metode terakhir yang digunakan dalam pengambilan sampel secara probabilitas adalah pengambilan sampel gugus sederhana ( cluster sampel ). Pengambilan sampel ini memiliki kesamaaan dengan pengambilan sampel secara acak hanya saja dalam metode ini pengambilan sampel dari unit-unit populasi atau setiap uni sampelnya adalah kumpulan atau cluster daripada unsur-unsurnya. Metode ini digunakan jika kerangka sampel tidak tersedia atau tidak lengkap, oleh karena itu unit-unit analisa dalam dalam populasi digolongkan kedalam gugus yang disebut dengan cluster, dan ini merupakan satuan dimana saampel akan diambil. Jumlah gugus yang diambil sebagai sampel harus secara acak. Kemudian unsur-unsur penelitian dalam gugus tersebut diteliti semua. Cluster sampling tidak memilih individu sebagai unit sampel tetapi memilih rumpun-rumpun populasi sebagai anggota unit populasi. Sebagai contoh; penelitian terhadap populasi pelajar SMU di kota X, random tidak dilakukan langsung pada semua pelajar tetapi pada suatu sekolah atau kelas sebagai kelompok atau cluster
Dalam pengambilan suatu sampel yang representative, perlu diperhatikan mengenai ukuran sampel yang akan diambil. Dalam suatu penelitian, untuk menentukan besarnya sampel ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain, derajat keseragaman dari suatu populasi ( makin kecil suatu populasi maka makin kecil jumlah sampel yang akan diambil), presisi yang dikehendaki dari penelitian ( makin tinggi presisi yang dikehendaki, makin besar sampel yang harus diambil), ketersedian waktu, tenaga dan biaya ( jumlah sampel yang akan diambil tergantung dari ketersediaan dana, waktu dan tenaga ). Dalam penelitian kuantititatif besarnya sampel yang akan dimbil tergantung dari keadaan dari suatu populasi, sifat dan besarnya populasi serta tujuan dari penelitian tersebut.
Pengambilan sampel dalam penelitian dilakukan sebagai upaya untuk mendapatkan hasil penelitian yang representatif yang mana dapat menghemat waktu, tenaga dan biaya yang diperlukan. Penelitian kuantitatif pada umumnya menggunakan teknik pengambilan sampel berdasarkan probabilitas ( probability sampling ) atau juga dikenal sebagai random sampling. Berdasarkan metode penarikan sampel ini, peluang terpilihnya masing-masing responden dapat diketahui. Pengambilan sampel berdasarkan probabilitas menghasilkan sampel yang mewakili populasi dan memungkinkan peneliti untuk menggunakan teknik-teknik statistic
.
Referensi
Newman,W. Lawrence. Social Research Methods “Qualitative and Quantitave Approache” Third Edition, Allyn & Bacon. Boston, 1997.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai, Jakarta: LP3ES, 1982

PENERAPAN TIK


PENERAPAN TIK (TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI) DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI PADA TINGKAT SMA

A.    Pendahuluan
Kondisi dunia telah berubah dan kian banyak hal baru bermunculan. Masa kini manusia hidup dalam era informasi global. Dalam era informasi ini, kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah memungkinkan terjadinya pertukaran informasi yang cepat tanpa terhambat oleh batas ruang dan waktu (Dryden & Voss, 1999). Berbeda halnya dengan masa-masa sebelumnya yang masih memanfaatkan benda-benda alam disekitarnya yang bersifat apa adanya. Namun kini, manusia berlomba-lomba untuk mengintegrasikan TIK dalam semua aspek kehidupan untuk membangun dan membudayakan masyarakat yang berbasis pengetahuan agar mampu bersaing dalam era global.
Perkembangan teknologi terutama teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang telah mempengaruhi seluruh aspek kehidupan tak terkecuali pendidikan, sesungguhnya bisa dimanfaatkan untuk memberikan dukungan terhadap adanya tuntutan reformasi dalam sistem pendidikan. Pengembangan dan pemanfaatan media pembelajaran berbasik TIK baik yang bersifat off-line maupun on-line, bisa dimanfaatkan sebagai media ajar yang mampu meningkatkan kualitas KBM di dalam kelas.
Dalam kebijakan nasional, TIK menjadi kunci dalam 2 hal yaitu (1) effisiensi proses, dan (2) memenangkan kompetisi. Demikian juga dengan lembaga pendidikan (sekolah). Tanggung jawab sekolah dalam memasuki era globalisasi yaitu harus menyiapkan siswa untuk menghadapi semua tantangan yang berubah sangat cepat dalam masyarakat kita. Hal ini menyebabkan sekolah dituntut untuk mampu menghasilkan SDM-SDM unggul yang mampu bersaing dalam kompetisi global ini. Peningkatan kualitas dan kemampuan siswa dapat dilakukan dengan mudah, yakni dengan memanfaatkan media berbasis TIK sebagai akses untuk mencapai tujuan pembelajaran. Upaya ini dapat dilakukan dengan memasukkan TIK sebagai pendekatan dalam proses pembelajaran pada sekolah.
Sebagaimana yang tampak di lapangan, banyak sekolah-sekolah yang saling bersaing dalam meningkatkan mutu pendidikannya dengan menawarkan beberapa fasilitas belajar yang berbasis TIK untuk menarik kepercayaan masyarakat terhadap sekolah tersebut seperti penyediaan berbagai macam media audio-visual hingga fasilitas laboratorium.
Sekolah tingkat menengah atas (SMA) merupakan salah satu lembaga pendidikan yang cukup banyak memanfaatkan fasilitas belajar dengan menggunakan media TIK, karena dalam jenjang pendidikan tersebut siswa-siswi dituntut untuk memahami bagaimana cara pemanfaatan ilmu pengetahuan dalam kehidupan praktis hingga mampu bersaing di zaman yang serba teknologi ini.   Menghadapi abad ke-21, UNESCO melalui “The International Commission on Education for the Twenty First Century” merekomendasikan pendidikan yang berkelanjutan (seumur hidup) yang dilaksanakan berdasarkan empat pilar proses pembelajaran, yaitu: Learning to know (belajar untuk menguasai pengetahuan), Learning to do (belajar untuk menguasai keterampilan), Learning to be (belajar untuk mengembangkan diri), dan Learning to live together (belajar untuk hidup bermasyarakat). Untuk dapat mewujudkan empat pilar pendidikan di era globalisasi informasi sekarang ini, para guru sebagai agen pembelajaran perlu menguasai dan menerapkan TIK dalam pembelajaran di sekolah, khususnya pembelajaran pada murid tingkat SMA. Sebagai contoh,  pemanfaatan media audio-visual tentang alat pencernaan makanan hingga pendeskripsian proses pencernaan makanan tersebut dari awal sampai akhir dalam mata pelajaran Biologi. Pemaparan secara lebih real mampu membantu untuk memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan hingga mereka pun dapat memahaminya secara lebih sempurna.

B.     Pembahasan
1.      Penggunaan Ragam Media TIK dalam Pembelajaran di SMA
Memasuki abad ke-21 teknologi dan informasi berkembang semakin pesat. Hal tersebut terjadi akibat ditemukannya rekayasa material mikroelektronika. Dengan ditemukannya mikroelektronika tersebut, perilaku dan aktivitas manusia saat ini menjadi bergantung pada teknologi informasi dan komunikasi begitu pula dalam dunia pendidikan.
Kehadiran TIK dalam pendidikan mampu membantu peran guru di kelas untuk menyajikan materi dengan lebih inovatif dan menarik. Jika dibandingkan dengan metode guru yang memaparkan materi secara monoton, penggunaan TIK sebagai media pentransfer informasi mampu menarik perhatian siswa lebih banyak dan lebih mudah untuk bisa dipahami oleh mereka.
Media sederhana seperti kapur dan papan tulis dinilai kurang efektif dalam memberikan penggambaran secara sempurna dalam proses transfer ilmu kepada para si terdidik, karena terkadang konsep yang mereka terima tidaklah sesuai dengan apa yang disampaikan oleh guru. Salah satu kasus pada mata pelajaran Biologi, sering kali guru tidak mendeskripsikan materi yang diberikan secara sempurna. Misalnya ketika guru akan memaparkan tentang materi alat pencernaan hingga proses pencernaan makanan di dalam tubuh manusia, banyak sekali siswa yang merasa kesulitan untuk dapat memahami proses tersebut di dalam tubuh secara sempurna, bahkan kerap kali timbul kekeliruan..                  Terkait dengan masalah di atas, teknologi dan informasi mencakup semua media atau alat yang mungkin dapat digunakan untuk menyajikan informasi dan latihan misalnya; televisi, laboratorium bahasa, dan macam-macam media proyeksi lainnya. Jika sang guru mensiasatinya dengan memanfaatkan media audio-visual, maka siswa dapat menyaksikan semua proses yang terjadi di dalam tubuh secara lebih real dan mudah dipahami, bahkan mampu mengingatnya secara lebih mudah.

2.      Implikasi TIK dalam Mata Pelajaran Biologi di SMA
Kemunculan TIK dalam mata pelajaran Biologi di SMA mampu memberikan dampak positif untuk para siswa, sehingga TIK mengambil peran yang sangat luar biasa di dalam mendukung terjadinya proses belajar dalam lingkup Biologi antara lain adalah sebagai berikut:
·      Active; memungkinkan siswa dapat terlibat aktif oleh adanya proses belajar Biologi yang menarik dan bermakna.
·      Constructive; memungkinkan siswa dapat menggabungkan ide-ide baru kedalam pengetahuan Biologi yang telah dimiliki sebelumnya untuk memahami makna atau keinginan tahuan dan keraguan yang selama ini ada dalam benaknya.
·      Collaborative; memungkinkan siswa dalam suatu kelompok atau komunitas yang saling bekerjasama, berbagi ide, saran atau pengalaman, menasehati dan memberi masukan untuk sesama anggota kelompoknya.
·      Intentional; memungkinkan siswa dapat secara aktif dan antusias berusaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
·      Conversational; memungkinkan proses belajar Biologi secara inheren merupakan suatu proses sosial dan dialogis dimana siswa memperoleh keuntungan dari proses komunikasi tersebut baik di dalam maupun luar jam pelajaran.
·      Contextualized;  memungkinkan situasi belajar Biologi diarahkan pada proses belajar Biologi yang bermakna (real-world) melalui pendekatan ”problem-based atau case-based learning”.
·      Reflective; memungkinkan siswa dapat menyadari apa yang telah ia pelajari serta merenungkan apa yang telah dipelajarinya sebagai bagian dari proses belajar Biologi itu sendiri.


3.      Keefektifitasan TIK dalam Pembelajaran Biologi di SMA
Penerapan TIK dalam pembelajaran Biologi di SMA dinilai mampu memberikan angin segar di dalam mempermudah guru untuk menyampaikan materi di kelas. Selain itu, manfaat yang diperoleh siswa pun tidak sedikit diantaranya adalah:
·      Efektif dan efisien. Penggunaan TIK memberikan kemudahan bagi siswa dalam proses pemerolehan ilmu serta keterjangkauan waktu dan biaya.
·      Optimal. Penggunaan TIK menjadikan proses pembelajaran lebih bernilai, jika dibandingkan dengan tanpa menggunakannya.
·      Menarik. Penggunaan TIK akan lebih menarik dan memancing keingintahuan yang lebih besar bagi siswa serta membuat suasana belajar lebih fun.
·      Merangsang daya kreatifitas berpikir pelajar. Penggunaan TIK diharapkan mampu menumbuhkan kreativitas pelajar secara maksimal, bahkan mampu membantu siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya terutama dalam mata pelajaran Biologi yang sering menjadi momok menakutkan di kalangan para siswa di sekolah.

C.    Penutup
Berdasarkan perkembangan dan kemajuan teknologi masa kini, TIK dinilai memiliki efek yang positif bagi manusia dalam meningkatkan kualitas kehidupan terutama dalam bidang pendidikan, dengan kemunculan TIK dalam dunia pendidikan mampu mempermudah proses KBM yang merupakan cakupan dalam bidang pendidikan. Dengan TIK informasi dapat dikemas dalam bentuk yang lebih simpel dan praktis hingga membuat proses KBM lebih efektif dan efisien.
TIK merupakan kreasi inovatif yang mampu memberikan kemudahan-kemudahan bagi guru dan siswa dalam proses transfer ilmu dan informasi di dalam kelas. Bahkan dengan TIK, minat siswa dalam belajar pun dapat ditingkatkan kembali terutama dalam pembelajaran Biologi yang sebelumnya sering dihindari oleh siswa karena materinya yang dinilai cukup sulit bagi mereka.

D.     
Daftar Pustaka

Anas, Muhammad dkk. Pemanfaatan Teknologi Infomasi dan Komunikasi (TIK) dalam Pembelajaran di Provinsi Sulawesi Tenggara. http://directory.umm.ac.id/tik/MuhammadAnas_PemanfaatanInformasidanKomunikasi(TIK).pdf. Diunduh: 20/01/2012.

Noni, Nurdin. Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam Pendidikan. http://blog.unm.ac.id/nurdinnoni/files/2010/04/Modul-1.pdf. Diunduh: 20/01/2012.

Siskarini, Diana Eka. Peranan Teknologi Informasi Sebagai Media Pembelajaran Biologi. http://semilirsenja.blogspot.com/2010/03/teknologi-informasi-sebagai-media_03.html. Diunduh: 21/01/2012.