Nikmatnya Mencintai Tanpa Dicintai
Oleh: Neng Lilis Suryani
Jujur, sejak pertama aku di lahirkan, aku tak tahu apa dan bagai mana rasanya jatuh cinta, tapi anehnya teman-teman ku selalu meminta pendapatku ketika mereka mengalami masalah dengan pacar mereka, mungkin ada satu daya tarik kepercayaan untukku, kadang aku menesali kehidupanku yang telah lalu, apakah ini memang salahku, atau justru ini sudah menjadi takdir bagi hidupku, dan satu yang tak pernah aku percaya yaitu karma, ya,, kata itu yang paling menyakitkan di gendang telingaku, aku terkena karma dari siapa, karna yang ku rasa aku tak pernah menyakiti atau bahkan melakukan hal yang mengakibatkan akhirnya seperti ini pada diriku sendiri
Soal cinta yang aku tahu bahwa ceritanya adalah rahasia bagi pemerhatinya,dan kenikmatan bagi pemuja dan perasanya, bukankah cinta bukan hanya untuk lawan jenis sebagai pasangan hidup kita tetapi juga kepada orang tua, dan orang-orang yang ada di sekeliling kita, mungkin bagi para kaum adam aku adalah kembang sepatu di sisi kali yang layu dan sisanya hanyut di antara aliran sungai dan daun pnegiringnya terselip diantara dua batu derita
Semuanya kurasakan ketika aku SMP tapi semenjak duniaku menjadi putih abu inilah dunia cinta yang benar-benar aku rasa, aku anak bahasa, dan yang aku kagumi anak IPA, panggil saja Ia Arya Sugandi, lelaki yang sangat sempurna sebagai pengembara cinta yang singgah di tengah-tengah gurun pasir, dan diantara kekaguman itu ia adalah oasis di hatiku, penyejuk qalbuku.
Suatu pagi, saat tinggal beberapa meter saja dari gerbang sekolah aku mendapati lelaki yang aku puji sedang berada di depan gerbang, kukira aku kesiangan, kecewa pasti ia, tapiada rasa bahagia yang tak dapat aku tahan, ia Arya ada di depan gerbang itu, ogh,,, hatiku,,,, tak karuan yang di rasakan, baik akan aku simpulkan, aku kesiangan tapi kesiangan itu adalah keberkahan.
Ku paksakan untuk berjalan melewatinya, dan satu..... dua..... tig,,,,,
ada seseorang yang memegang tanganku, Siapa? itu menjadi satu tanda tanya,
ku tengok, owgh Arya.
"Ada apa?' tanyaku dengan suara lembut tak seperti biasanya.
"Bolehkah aku bersama mumenuju kekelas setidaknya," tawaran yang sangat bijaksana,
tak tahu mengapa, anggukan kepalaku jadi jaminannya,
Dari situlah semua bermula, aku menyukainya, dan ia membuka harapan yang nyata, hari demi hari yg di lewati ibaratkan hanya aku dan Arya di antara dua rakit
aku bisa menikmati keindahan yang namanya cinta, Arya terus saja memberi perhatian yang selalu aku dambakan, sungguh suatu kenyataan dan bukan keberuntungan
Hari itu hari kamis, seusai pelajaran matematika, aku di tunggu Arya di depan kelas, ia mengajakku kesaung sekolah di tengah danau sekolah, aku tak tau apa maksudnya tapi di saat itulah ku rasakan jantungku berdegup sangat kencang,
Saat di saung itu angin menerbangkan rok abu-abuku, rambut Arya yang hitam bergoyang seperti rumput di padang cinta ku, tiba-tiba Arya memegang tanganku, dan mengucapkan seuntai kata-kata indah dan aku yakin itu untukku.
" Kamu tahu, aku mengagumimu semenjak aku pertama melihatmu, lewat senyuman manis, dan setulus keimanan, aku yakin kamu juga merasakan itu, kedipan mu mampu menyapu lukaku. hingga debu-debu kemunafikanku terbang dengan hembusan nafasmu, lalu lalang kendaraan di jalan menuju sekolah adalah kamu sebagai penumpangnya, karna yang aku yakini bahwa kamu selalu ada dalam setiap helaan nafasku, aku mengakui aku hanya lelaki biasa yang jauh dari sempurna, tapi cacat dalam kehidupanku adalah kau sebagai pelengakapnya, aku tahu senyuman manis mu adalah kamu, tapi, dengarkan aku, jangan kecewa dengan apa yang akan kau katakan, jujur aku telah dimiliki oleh wanita lain, tapi hatiku hanya untukmu. "
Tuhan benarkah itu awal yang indah dan akhir yang menyakitkan, lalu jika ia sudah dimiliki oleh perempuan lain mengapa ia memberikan harapan untukku, ia sempat menanamkan bunga di hatiku, hingga tumbuhan di depan rumahku mati karena pupuknya telah di gunakan untuk menyuburkan cinta di hatiku.
Kutahan rasa sakit di hatiku, ini ujian darimu ya Tuhan, kuatkan aku, ku lepaskan perlahan tanganku, ku relakan harapan itu terbang meratas keatas langit, dan membeku di dalam tulang pipaku, aku tak sanggup menahan tangis, dan aku tahu ia ingin mengusapnya, tapi bagiku itu adalah duka yang meraba, hingga ku teguhkan hati dan aku pergi tanpa sepatah katapun mengalun menyebrangi lidahku.
Hujan turun sangat deras dan di bawah hujan itu kurasakan kepahitan yang di taburkan, saat ku balikan badan kulihat Arya tengah memayungi perempuan sebagai pacarnya dengan jaket hitamnya, aku lemas aku bersimpuh diantara tanah dan airmata lewat hujan yang menyakitkan.
Ia telah berlalu, dan aku yakin rasa sakitku akan ikut berlalu. Pergilah, inilah nikmatnya, kini aku bisa menasehati orang lain sesuai degan apa yang aku alami.
***