Sabtu, 25 Februari 2012

RPP Bahasa Inggris



Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)

Sekolah                      : SMA PGRI 2 Marga Tiga
Mata Pelajaran          : Bahasa Inggris
Kelas/Semester        : XII/1
Pertemuan ke            : 1
Alokasi Waktu           : 2 x 45 menit

Standar Kompetensi

Memahami makna dalam teks fungsional pendek dan monolog berbentuk narrative, explanation, dan discussion dalam konteks kehidupan sehari-hari

 

Kompetensi Dasar

Merespons makna dalam teks monolog yang menggunakan ragam bahasa lisan secara akurat, lancar, dan berterima dalam konteks kehidupan sehari-hari dalam teks berbentuk: narrative

 

Indikator

  1. Memahami dan merespons wacana monolog berbentuk narrative
  2. Menentukan pesan dalam cerita

Tujuan Pembelajaran
  1. Siswa dapat memahami dan merespons wacana monolog berbentuk narrative
  2. Siswa dapat menentukan pesan dalam cerita.

Materi Pokok
Wacana monolog berbentuk narrative, misalnya:
CINDERELLA
Once upon a time, there was a little girl called Cinderella. She was pretty, loving and clever. But she was very poor. She lived with her step mother and stepsisters. They were very mean. They hated Cinderella very much. Fortunately, she met a prince. He fell in love with her. Then Cinderella became a princess.

Metode Pembelajaran/Teknik:
Three-phase technique

Langkah-Langkah Kegiatan
1.      Kegiatan Awal (5’)
Siswa memperhatikan slide show yang diperlihatkan oleh guru mengenai Narrative text.
2.      Kegiatan Inti (35’)
§         Siswa mendengarkan teks lisan narrative secara klasikal sambil melengkapinya.
§         Siswa merespons isi teks dengan menjawab pertanyaan dan melafalkan beberapa kosa kata.
§         Secara berpasangan siswa mendiskusikan beberapa pertanyaan tentang teks narrative yang baru saja mereka dengarkan, termasuk menentukan pesan dalam cerita dan action verbs yang digunakan dalam teks.
§         Siswa mengemukakan pendapat berkaitan dengan teks tersebut.
3.      Kegiatan Akhir (5’)
Siswa membuat kesimpulan tentang pesan dalam cerita.

Sumber/Alat/Bahan/Media
  • Buku Look Ahead 3
  • Power Point Slide Show

Penilaian
  • Teknik: Lisan, tertulis
  • Bentuk: Menjawab pertanyaan

Mengetahui :
Kepala Sekolah


WARIYANTO, S.Pd.I

Marga Tiga, 26 Februari 2012
Guru Mata Pelajaran


IIS SUJARWATI, S.Pd

PPt Narrative Text

 media yang akan digunakan dalam pembelajaran narrative text kelas XII SMA
ambil disini

Resume TIK


A.     SEJARAH PERKEMBANGAN TIK

Adapun tonggak awal yang menjadi inspirasi terbesar adanya TIK ini adalah temuan telepon oleh Alexander Graham Bell di tahun 1875, temuan tersebut terus dikembangkan oleh para ilmuwan pada generasi berikutnya hingga tercipta jaringan komunikasi yang bersifat global.

Sejarah pemanfaatan TIK dalam pendidikan, khususnya dalam pembelajaran sangat dipengaruhi oleh perkembangan perangkat keras TIK, khususnya komputer. Teemu Leinonen (2005) dalam Nurdin (2007) membagi perkembangan tersebut kedalam 5 fase sebagaimana diilustrasikan pada gambar berikut:

Gambar 1: Fase Perkembangan TIK






Fase pertama (akhir 1970-an – awal 1980-an) adalah fase programming, drill and practice. Fase ini ditandai dengan penggunaan perangkat lunak komputer yang menyajikan latihan-latihan praktis dan singkat, khususnya untuk mata pelajaran matematika dan bahasa. Latihan-latihan ini hanya dapat menstimulasi memori jangka pendek.

Fase kedua (akhir 1980-an – awal 1990-an) adalah fase computer based training (CBT) with multimedia (latihan berbasis komputer dengan multimedia). Fase ini adalah era keemasan CD-ROM dan komputer multimedia. Penggunaan CD-ROM dan komputer multimedia ini diharapkan memberikan dampak signifikan terhadap proses pembelajaran, karena kemampuannya menyajikan kombinasi teks, gambar, animasi, dan video. Konsep pedagogis yang mendasari kombinasi kemampuan ini adalah bahwa manusia memiliki perbedaan. Sebagian bisa belajar dengan baik apabila mempergunakan indra penglihatan, seperti menonton film/animasi, sebagian lainnya mungkin lebih baik apabila mendengarkan atau membaca.

Fase ketiga (awal 1990-an) adalah fase Internet-based training (IBT) (latihan berbasis internet. Pada fase ini, internet digunakan sebagai media pembelajaran. Hanya saja, pada saat itu, masih terbatas pada penyajian teks dan gambar. Penggunaan animasi, video dan audio masih sebatas ujicoba, sehingga dirasakan pemanfaatannya belum maksimal untuk dapat menfasilitasi pembelajaran.

Fase keempat (akhir 1990-an – awal 2000-an) adalah fase e-learning yang merupakan fase kematangan pembelajaran berbasis internet. Sejak itu situs web yang menawarkan e-learning semakin bertambah, baik berupa tawaran kursus dalam bentuk e-learning maupun paket LMS (learning management system). Bahkan saat ini sudah cukup banyak paket seperti itu ditawarkan secara gratis dalam bentuk open source. Konsep pedagogik yang mendasari adalah bahwa pembelajaran membutuhkan interaksi sosial antara siswa dan siswa dan antara siswa dan guru. Dengan perangkat lunak LMS, siswa dapat bertanya kepada temannya atau kepada guru apabila dia tidak memahami materi yang telah dibacanya.

Fase kelima (akhir 2000) adalah fase social software + free and open content. Fase ini ditandai dengan banyak bermunculannya perangkat lunak pembelajaran dan konten pembelajaran gratis yang mudah diakses baik oleh guru maupun siswa, yang selanjutnya dapat diedit dan dimanipulasi sesuai dengan kebutuhan. Konsep pedagogik yang mendasari fase ini adalah teori kontstruktivis sosial. Dalam konteks ini, pembelajaran melalui komputer terjadi tidak hanya menerima materi dari internet saja misalnya, tapi dimungkinkan dengan membagi gagasan dan pendapat.

B.    PENERAPAN TIK DALAM PENDIDIKAN DI INDONESIA
Indonesia pernah menggunakan istilah telematika (telematics) untuk arti yang kurang lebih sama dengan TIK yang kita kenal saat ini. Encarta Dictionary mendeskripsikan telematics sebagai telecommunication + informatics (telekomunikasi + informatika) meskipun sebelumnya kata itu bermakna science of data transmission. Pengolahan informasi dan pendistribusiannya melalui jaringan telekomunikasi membuka banyak peluang untuk dimanfaatkan di berbagai bidang kehidupan manusia, termasuk salah satunya bidang pendidikan. Ide untuk menggunakan mesin-belajar, membuat simulasi proses-proses yang rumit, animasi proses-proses yang sulit dideskripsikan sangat menarik minat praktisi pembelajaran. Tambahan lagi, kemungkinan untuk melayani pembelajaran yang tak terkendala waktu dan tempat juga dapat difasilitasi oleh TIK. Sejalan dengan itu mulailah bermunculan berbagai jargon berawalan e-, mulai dari e-book, e-learning, e-laboratory, e-education, e-library, dan sebagainya. Awalan e- bermakna electronics yang secara implisit dimaknai berdasar teknologi elektronika digital.

Pembelajaran berbasis Internet memungkinkan terjadinya pembelajaran secara sinkron dengan keunggulan utama bahwa pembelajar maupun fasilitator tidak harus berada di satu tempat yang sama. Pemanfaatan teknologi video conference yang dijalankan dengan menggunakan teknologi Internet memungkinkan pembelajar berada di mana saja sepanjang terhubung ke jaringan komputer. Keberadaan teknologi informasi video teleconference memungkinkan bagi anak-anak di seluruh dunia untuk saling mengenal dan berhubungan satu dengan lainnya. Video teleconference di sekolah merupakan sarana untuk diskusi, simulasi dan dapat digunakan untuk bermain peran pada kegiatan belajar mengajar yang bersifat sosial. Disamping itu dapat pula untuk pengamatan proses eksperimen dari seorang guru. Selain aplikasi unggulan seperti itu, beberapa peluang lain yang lebih sederhana dan lebih murah juga dapat dikembangkan sejalan dengan kemajuan TIK saat ini.

Selanjutnya Pengembangan homepage dan sistim distribusi bahan belajar secara elektronik (digital) Sistem pembelajaran melalui homepage dapat dikembangkan dalam bentuk sekolah maya (virtual school) sehingga semua kegiatan pembelajaran mulai dari akses bahan belajar, penilaian, dan kegiatan administrasi pendukung dapat secara online selama 24 jam.